http://warnaislam.com/rubrik/jurnalistik/2009/1/20/46380/Komunikasi_Manipulatif_Iklan_Kampanye.htm
Komunikasi Manipulatif Iklan Kampanye
Selasa, 20 Januari 2009 12:53
APA prestasi pemerintahan pemerintahan SBY? Simaklah iklan kampanye Partai Demokrat. Pemerintahan SBY, kata iklan itu, berhasil menurunkan harga BBM, hingga tiga kali! Pertama kali dalam sejarah Indonesia lho! Lainnya, gencar memberantas korupsi. "Katakan TIDAK untuk korupsi!"
Bagi rakyat yang “cermat”, iklan tersebut “lucu”, menggelikan. Pasalnya, rakyat tidak akan lupa, pemerintahan SBY pulalah yang menaikkan harga BBM, padahal sejumlah pakar ekonomi menyarankan menaikkan harga BBM waktu itu bukan satu-satunya solusi menyelamatkan APBN. Tapi pemerintah tetap ngotot, tidak mau mendengar. Tidak lama setelah BBM dinaikkan, harga minyak mentah dunia turun drastis, dan harga BBM pun kembali diturunkan. Lucunya, penurunan itu diklaim sebagai prestasi. Lucu ya? Tertawa dong…!
Apalagi setelah harga BBM diturunkan, harga-harga yang telanjur naik, susah banget turunnya! Apakah itu prestasi?
Soal korupsi, pengamat komunikasi politik, Effendy Gazali, bahkan mengatakan iklan antikorupsi Partai Demokrat lucu dan tidak memiliki makna apa-apa. “Saya bisa katakana ini iklan terlucu yang pernah saya lihat,” kata Effendy kepada okezone (9/12).
Iklan itu, “Katakan TIDAK pada korupsi. Partai Demokrat bersama SBY terus melawan korupsi tanpa pandang bulu”, sangat membius, memunculkan kesan seolah-olah Partai Demokrat yang telah melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia. Tapi rakyat tidak akan lupa, anggota DPR dari Fraksi Demokrat, Sarjan Tahir, menerima suap Rp 5 milyar untuk menyetujui usulan pelepasan kawasan hutan lindung Pantai Air Telang. Bahkan, anggota DPR lain dari Demokrat, Ahmad Fauzi, melontarkan gagasan membubarkan KPK! “Kalau perlu dibubarkan saja,” katanya kala melontarkan wacana untuk merevisi UU No 30 Tahun 2002 tentang KPK –Partai Demokrat memberi sanksi dengan merotasi Achmad Fauzie dari Komisi III ke Komisi VII yang membidangi masalah keagamaan.
Bagi pakar komunikasi (politik), iklan kampanye pemilu semacam itu bukan hal aneh. Biasa terjadi. Bahkan, bagi rakyat kecil, hal biasa memang politisi berbohong!
Dalam kampanye, pesan-pesan komunikasi politik banyak berisi jargon kata untuk “menciptakan citra semu” parpol atau kandidat. Maka, hingga April 2009 dan jelang Pilpres, kita akan disuguhi berbagai jenis “komunikasi menyesatkan” dari kalangan parpol dan kandidat.
Dalam lileratur komunikasi, setidaknya ada tiga jenis komunikasi menyesatkan atau berbahaya. Pertama, komunikasi untuk memanipulasi –manipulasi data, fakta, yang buruk dibilang baik, yang jelek ditutupi, yang baik diekspos.
Kedua, komunikasi untuk membohongi –berbohong, melebih-lebihkan,
mempermainkan, dan penipuan secara umum. Ketiga, komunikasi dengan pesan ganda –mengatakan satu hal dan melakukan hal lain serta menjanjikan
sesuatu yang tidak terpenuhi.
Citra politik jadi buruk karena keburukan kinerja politisi. Berdusta menjadi hal biasa. Kata orang Sunda, politik itu “pulitik” = nipu jalma leutik (menipu rakyat kecil). Politisi Muslim pun mungkin tidak merasa berdosa karena sistem politik yang berlaku bukan “politik syariah”. Tidak ada konsep dosa dalam sistem politik sekuler. Masya Allah… (Sumber: WarnaIslam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar